Foto Ilustrasi www.ibtimes.co.in |
Oleh: Afandi Satya Kurniawan
Berikut ini adalah peristiwa
penting Islam di China sebelum kaum muslimin terpecah menjadi dua
komunitas besar, yakni Hui (muslim yang terkonfusiankan) dan Uyghur (muslim
yang tidak terkonfusiankan).
Penyebaran Islam terjadi pertama kali pada masa dinasti Tang (618-907
EB, masa "pencinaan" Buddhisme). Dalam sumber-sumber sejarah China,
muslim disebut dengan istilah "semu-ren" (orang-orang mata berwarna,
keturunan Arab, Persia, Asia Tengah, Turki).
Muslim di China meyakini
bahwa Islam didakwahkan pertama kali di China oleh seorang paman Nabi
Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam dari jalur ibu, yang dimakamkan di Kanton. Akan tetapi, penyebaran
Islam pertama kali di China disebabkan oleh kisah Firuz ibn Yazdagrid,
putra dari raja terakhir di Kerajaan Sassania (Parsi) yang melarikan
diri setelah Yazdagrid terbunuh dan meminta bantuan militer kaisar Gao
Zhong dari dinasti Tang. Kaisar menolak, dan mengirim surat pada
Khalifah Ustman ibn Affan Radliyallahu Anhu. Maka tepat pada 651 EB, 19 tahun pasca
wafatnya Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam, khalifah Ustman mengirim delegasi menuju kaisar Gao
Zhong. Jiu Tang Shu atau riwayat dinasti Tang tua menuliskan bahwa Da Si
(negara Islam) mengirim sebuah misi kehormatan pada tahun kedua
pemerintahan Gaozong.
Pada tahun 715, 717, dan 751 Da Shi Abbasiyyah di bawah pimpinan Abu Muslim al Khurasani berperang dengan kekaisaran Tang.
Tahun 755, kaisar Xuanzong meminta bantuan khalifah Al-Manshur
menumpas pemberontakan An Lushan. Setelah pemberontakan berhasil
diredam, dua ribu pasukan Muslim Abbasiyyah pada 758 EB ditolak kembali
ke daulah Abbasiyyah karena alasan aneh: "terlalu banyak dan sering
makan babi dan bergaul lama dengan pemakan babi". Akibatnya terjadi
huru-hara di Kanton. Pasukan Muslim yang kecewa menjarah Kanton. Sebagai
bentuk simpati, kaisar mengizinkan para prajurit muslim itu tinggal di
China dan menikahi warga setempat. Islam disebarkan secara damai oleh
para pedagang dan tidak menjadi ancaman
Pada abad ke 8 EB,
untuk memudahkan pengawasan, kaisar Wenzong mengeluarkan dekrit bahwa
orang China dan asing harus hidup terpisah, tidak boleh kawin campur,
dan dilarang memiliki aset produksi bumi dan properti. Akibatnya muncul
sistem Fanfang (penampungan, kampung orang asing). Lelaki muslim yang
sudah terlanjur beristrikan otang China menganggap diri mereka sebagai
Zhutang (yang ditampung oleh Tang), meski orang China menyebut mereka
sebagai Husheng (pedagang asing) atau Fanke (tamu asing). Larangan
menikah ini kemudian dicabut pada masa dinasti Song.
Ketika
Mongol berjaya pada abad 13 dan 14, lanskap peta di Asia Barat, Tengah,
dan Minor, sebagian berubah. Mongol menaklukkan China dan mendirikan
kekaisaran Yuan dibawah Kubilai Khan dengan kebudayaan Shamanisme
Bar-bar yang meletakkan ras China beserta hak-hak politik dan ekonomi di
bawah ras Asing dan Mongol. (model seperti ini kemudian digunakan oleh
Belanda di Hindia-Belanda). Akibat hirarki rasial tersebut, migrasi
besar-besaran terjadi dari Asia Tengah menuju China.
Ketika
dinasti Ming berhasil menaklukkan Yuan, hak-hak dasar orang China
dikembalikan, dan nilai-nilai kebudayaan China (konfusianisme)
dikuatkan. Kebijaksanaan ini memunculkan komunitas Hui dan Uighur.
*Dirangkum dari buku "Islam In China" karya Zhang Guanglin
*EB = Era Bersama
*Konfusian = asas kebudayaan China
0 comments:
Post a Comment