ads top

Jaga Lisan, Jaga Rahasia

Foto ilustrasi www.soundopinions.org
Kehidupan saat ini yang disebut sebagai kehidupan modern dimana teknologi serba berkembang sejatinya tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada zaman jahiliyah. Apa yang dilakukan sungguh jauh dari apa yang telah Rasul contohkan dalam kehidupannya. Manusia seakan berlomba-lomba berbuat maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Lalu bangga dengan apa yang ia sebut sebagai prestasi popularitas. Allah SWT telah menjelaskan tentang pentingnya menjaga amanah, namun fakta di era digital seperti ini manusia seakan bebas berekspresi dan bertindak tanpa lagi memperhatikan persoalan amanah dan keadilan.

Tentang perintah menjaga amanah ini telah dituliskan di dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 58. Di dalamnya terdapat perintah untuk berlaku terhadap apapun secara adil. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. An-Nisa’: 58).

Salah satu bentuk menjaga amanah ialah tidak mengumbar rahasia seseorang secara publik. Ketika seseorang telah memberikan kepercayaan kepada kita, maka kita juga harus menjaga kepercayaan tersebut. Kepercayaan ibarat sebuah kertas, jika kertas tersebut kita genggam dan remas, maka tidak akan bisa kita kembalikan seperti kertas yang rapi seperti sebelumnya. Begitu pula dengan kepercayaan, jika sudah mengkhianati sebuah kepercayaan, sulit bahkan tidak bisa untuk kita kembalikan seperti semula. Di dalam sebuah hadits pernah dijelaskan:

“Dari Annas r.a ia berkata: Rasulullah SAW datang kepadaku ketika aku sedang bermain bersama anak-anak, dan setelah memberi salam ia menyuruhku dalam sebuah keperluan. Hingga aku terlambat pulang ke rumah, dan ketika  pulang aku ditanya oleh ibuku: Mengapa kau terlambat, siapa yang sudah menahanmu? Jawabku: Aku disuruh oleh Rasulullah untuk satu keperluan. Ia bertanya: keperluan apa?  Jawabku: Itu suatu rahasia. Maka ibuku berkata: Jangan membuka rahasia Nabi SAW kepada siapapun. Berkata Anas: Andaikan saya boleh membuka kejadian itu kepada seseorang tentu saya telah menceritakan kepadamu wahai Tsabit." (H.R. Muslim).

Ketika kita sudah memegang sebuah amanah berupa rahasia berarti kita harus menyampaikan amanah tersebut kepada yang berhak. Artinya jangan sampai rahasia yang telah dipercayakan kepada kita itu sampai ke telinga orang lain apalagi sampai tersebar hingga diketahui oleh khalayak umum.

Melihat fenomena yang terjadi, media sosial seakan menjadi wadah untuk mengungkapkan apa yang menjadi keluh kesah seseorang. Tidak peduli apa yang diungkapkan itu adalah aib yang seharusnya kita jaga, atau malah ditumpahkan segalanya dan bisa menjadi bacaan seluruh dunia. Terlebih jika aib yang kita sebarkan adalah aib saudara kita sendiri. Tidak jarang kita jumpai seseorang saling sindir dan saling cela di sosial media. Bahkan perang di sosial media, saling hujat adalah dinamika yang sering terjadi setiap hari.

Memegang sebuah rahasia atau aib sesorang itu laksana memegang janji. Dan kita tahu, bahwa janji yang telah kita buat merupakan sebuah pertanggung jawaban kita kepada Allah SWT di akhirat. Sudah masyhur bahwa mengkhianati janji merupakan salah satu ciri sesorang yang mengidap penyakit bernama munafik. Allah SWT berfirman:

“Tepatilah janji, sesungguhnya janji akan ditanyakan dan dimintai tanggung jawabnya.” (Q.S. Al-Isra’: 34).

Rasulullah pernah member peringatan kepada kita bahwa siapa saja yang menjaga aib seseorang maka Allah akan menjaga aib kita kelak di akhirat. Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Barang siapa yang menutupi aib saudaranya semuslim, Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa mengumbar aib saudara semuslim, maka Allah akan mengumbar aibnya hingga terbukalah kejelekannya di dalam rumahnya.” (H.R. Ibnu Majah).

Menjaga aib seseorang juga ibarat menjaga aib kita sendiri. Maka jagalah aib saudara semuslim kita layaknya kita menutup-nutupi aib kita sendiri. Karena itu juga bisa menjadi bekal kelak aib kita tidak akan diumbar oleh Allah SWT. Semoga kita termasuk orang yang mampu menjaga lisan kita dengan tidak mengumbar aib saudara semuslim kita. (Ali Muhtadin)
Bagikan! Bagikan! Bagikan! Bagikan!

About Redaksi

0 comments:

Post a Comment