ads top

Sunnah dan Adab Makan yang Sering Dilupakan

Foto ilustrasi www.pexels.com
Moslemzone.com - Perkara-perkara Sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam kepada manusia itu ada untuk dilaksanakan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun tidak akan berdosa ketika perbuatan sunnah tidak dikerjakan oleh manusia, namun setiap muslim harus berusaha untuk mencapai derajat tingkat keimanan mustawa a’la (tingkat atas), yang tidak sekedar melaksanakan perkara wajib, menjauhi yang haram, tetapi juga melaksanakan perkara-perkara sunnah serta menjauhi perbuatan yang makruh.

Salah satu sunnah Rasulullah yang sering kita lalaikan adalah sunnah dalam adab makan. Berikut sunnah-sunnah Rasulullah ketika kita hendak dan sedang makan.

1. Memakan makanan yang terdekat.

"Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda, “dari Ummar bin Abu Salamah r.a. ia berkata, dulu ketika masih remaja, aku dalam bimbingan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. Saat itu aku mengambil makanan dari berbagai sisi piring (besar), lalu Rasulullah bersabda, “Wahai remaja, sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah yang dekat padamu.” (H.R. Bukhari)

Bukan hanya sekedar sunnah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, ternyata perbuatan demikian juga akan mencerminkan sikap dan etika seseorang dalam bersosialisasi. Bagaimana seseorang bisa bersikap sopan dengan tidak terlalu bernafsu dalam mengambil makanan yang ada di hadapannya.

2. Memulai makan dari pinggir dan bukan dari tengah.

Semisal dengan point pertama, ini juga senada untuk menggambarkan identitas dan sikap kita dalam masalah apapun.

"Dari Abdullah bin Abbas r.a. dia berkata, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Jika salah seorang di antaramu makan, mulailah dari bagian atas piring tetapi hendaknya ia makan dari sebelah bawah sebab berkah turun dari bagian atasnya.” (H.R. Bukhari)

3. Boleh mengomentari makanan dan menilainya secara positif.

Sudah jelas bahwa seorang muslim dilarang untuk menghina makanan, sebaliknya kita disunnahkan untuk memberikan komentar yang positif terhadap makanan tersebut. Sebagai bentuk apresiasi terhadap orang yang membuatnya.

"Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda, pernah bertanya kepada keluarga (istrinya) tentang lauk pauk. Mereka berkata, “Kami hanya punya cuka,” lalu beliau memintanya kemudian makan dengannya, seraya bersabda, “sebaik-baik lauk pauk ialah cuka (al-khall), sebaik-baik lauk pauk adalah (yang mengandung) cuka.” (H.R. Muslim)

4. Menjilat tangan sesudah makan.

Hal ini juga bisa kita simpulkan sebagai sebuah hikmah, bahwa menghargai makanan merupakan perkara yang sangat dianjurkan. Hingga kita harus benar-benar menghabiskan sisa-sisa makanan yang masih menempel di sela-sela jari kita.

"Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda, jika salah seorang di antaramu makan maka hendaklah ia menjilati jari jemarinya, sebab ia tidak mengetahui dari jemari mana akan munculnya keberkahan.” (H.R. Muslim)

5. Memakan yang disukai tanpa mencela yang tidak disukai.

Meskipun dalam sebuah makanan yang kita konsumsi tidak begitu memanjakan lidah, kita masih dilarang untuk mencela makanan tersebut, mungkin lebih tepatnya untuk diam serta hanya memakan mana yang lebih kita sukai.

"Dari Abu Hurairah r.a. yang berkata, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam sama sekali tidak pernah mencela makanan. Jika suka ia makan dan jika tidak suka ia tinggalkan.” (Muttafaq ‘alaih)

6. Berhenti makan sebelum kenyang.

Jika kita tidak diperbolehkan berlebih-lebihan (israf) dalam segala hal, maka hal ini juga bisa dikatakan sebagai cara untuk mengantisipasi agar kita tidak berlaku israf dalam makanan.

"Dari Mikdam bin Ma’dikarib r.a. ia mengaku pernah mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda, tidak memenuhi anak Adam suatu tempat yang lebih buruk daripada perut(nya). Cukuplah untuk anak Adam itu beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak ada cara lain, maka sepertiga (dari perutnya) untuk memakannya, sepertiganya untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk bernafas.” (H.R. Tirmidzi)

Demikian adalah sunnah-sunnah dalam adab makan yang sering kali kita lalai untuk melakukannya. Semoga kita bisa menjadi pribadi yang tidak hanya melaksanakan yang wajib dan menjauhi yang haram, tetapi juga melakukan yang sunnah dan menjauhi yang makruh. (Ali Muhtadin)
Bagikan! Bagikan! Bagikan! Bagikan!

About Redaksi

0 comments:

Post a Comment