Foto ilustrasi www.pexels.com |
Dalam dunia parenting, orang tua sering
kali dihadapkan dengan masalah-masalah rumit yang begitu luas dan beragam. Hal
demikian membuat orang tua harus berfikir cerdik dalam menangani dan mendidik
anaknya sesuai dengan apa yang seharusnya berlaku dalam dunia parenting.
Terjadi semacam dilematis berkepanjangan terhadap orang tua, salah satunya
menumbuhkan sifat dan karakter percaya diri dalam jiwa anak sejak dini.
Sebagai orang tua, kita bisa memulainya
dengan menerapkan perilaku optimis ini dengan baik tanpa pernah membuat
anak-anak kita merasa terbebani. Katakanlah dan bimbinglah anak-anak kita dengan
kata-kata yang bijaksana dan santun. Misalnya katakan kepada mereka “sayang,
ayah yakin nilai ujian kamu akan bagus kalau kamu mempersiapkannya dengan baik.
Bagian mana yang kamu rasa kesulitan untuk memahami dan mengerjakannya, mari
sini ayah bantu”.
Selanjutnya ajaklah anak kita untuk terus
belajar dan belajar dalam mencapai sesuatu dengan hasil yang maksimal. Memang
dalam hal ini kesabaran menjadi hal yang harus dimiliki setiap jiwa orang tua.
Orang tua harus benar-benar memahami peran mereka sebagai seorang mentor yang
sabar. Jika orang tua berhasil memainkan perannya, maka anak sama sekali tidak
memiliki tekanan terhadap apa yang kita arahkan untuk mereka, sebaliknya
anak-anak akan mampu melewati dengan mudah jika suatu saat mereka mengalami
tekanan dalam hidupnya. Kemudian anak-anak kita akan merasakan kebahagiaan
dengan merasakan kasih sayang yang sejatinya mereka butuhkan setiap saat.
Sikap optimis yang kita ajarkan dengan baik
sejak dini akan berimbas dengan kehidupan anak-anak kita saat dewasa kelak.
Dalam menghadapi segala masalah, mereka akan tenang dan terbiasa menghadapinya
dengan rasa penuh percaya diri. Kita mengajarkan anak untuk senantias menerima
dan mengambil pelajaran dari sesuatu yang diharapkan namun belum sesuai dengan
keinginan. Mereka akan bersikap dewasa dalam menghadapi masalah-masalah kecil
dan sepele, tentunya dalam menghadai segala macam problematika kelak ketika
dewasa. Selalu mempunyai sikap positif thinking dalam menghadapi setiap masalah.
Martin Seligman, seorang penulis terkenal The Optimistic Child menyampaikan bahwa
sikap pesimis bukan saja selalu berperilaku buruk, tetapi lebih besar
dari itu, karena sikap pesimis dapat memberi efek yang berbahaya bagi kesehatan yang tentunya akan mangancam
kesehatan anak-anak. Seligmen menyatakan hal ini sebagai “an epidemic of
depression”. Penelitian yang dilakukan terhadap 16.000 orang membuktikan bahwa
anak sekarang 10 kali lebih mudah menerima depresi daripada anak-anak yang
hidup di awal abad ini.
Di samping itu, dari 3.000 anak usia antara
9-14 tahun sebanyak 9% di antaranya mengalami depresi berat. Oleh sebab itu,
sangatlah penting untuk mengajarkan anak sikap optimisme. Karena dengan perilaku
optimis, anak akan lebih sehat, lebih bahagia, panjang umur, dan lebih sukses
dibandingkan dengan mereka yang selalu bersikap pesimis. (Ali Muhtadin)
0 comments:
Post a Comment