Ngopi dan Diskusi Madame Coffee di Mall FX Sudirman Jakarta Selatan, pada hari Senin (19/12/16). (Moslemzone.com/Zakarija) |
Moslemzone.com - Indonesia menjadi salah satu negeri penghasil kopi berkualitas tinggi di dunia. Tak heran, varietas robusta dan arabica yang diproduksi di beberapa tempat mempunyai daya jual tinggi bagi kalangan eksportir. tetapi amat sangat disayangkan, tingginya nilai komoditas kopi tak sebanding dengan timbal balik kehidupan para petani kopi yang hanya mampu menjual murah produksi kopi mereka di tangan tengkulak.
Dompet Dhuafa pada penghujung tahun 2016 mempunyai program Humanesia, dengan target salah satunya membantu pemberdayaan kualitas petani kopi dengan memberikan edukasi dan penyuluhan terhadap mereka, terkait kualitas hasil produksi kopi yang akan di jual.
Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Karya Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa yakni Jodi Iswanto dalam acara Ngopi dan Diskusi Madame Coffee di Mall FX Sudirman Jakarta Selatan, pada hari Senin (19/12/16).
"Di beberapa hal, komoditas kopi itu adalah komoditas yang sebenarnya daya jualnya cukup bagus. Tentu ini bukan semua kopi ternyata, jadi ada beberapa kopi dengan great bagus sehingga harganya juga bagus. Kita mencoba menginginkan bahwa pendapatan petani kopi terutama, mendapatkan selisih harga yang bagus sehingga mereka akan menikmati hasil jerih payahnya," tutur Jodi dalam diskusi.
Dia kemudian menjelaskan, bahwa sejak sepuluh tahun yang lalu kopi di Indonesia sudah mempunyai harga yang bagus bahkan relatif stabil, tetapi hal inilah yang jarang diketahui para petani kopi.
"Sepuluh tahun yang lalu orang tidak tahu bahwa harga kopi itu bagus ternyata, dan relatif juga stabil. kenapa kok petani kopi di Indonesia tidak merasakan itu. sebenarnya bukan tidak tau tapi tersembunyi," ungkapnya.
Selanjutnya ia juga mengungkapkan, bahwa secara umum tanpa sentuhan dari pihak lain, para petani kopi sulit untuk berkembang sendiri, bahkan cenderung pasif menunggu pembeli sehingga nilai jual kopi mereka menjadi murah.
"Mungkin ada beberapa yang bisa survive tapi sebagian besar juga tidak karena mereka biasanya akses terhadap informasi kurang, akses terhadap modal kurang, akses terhadap pemasaran pun juga kurang, akhirnya petani cenderung lebih banyak pasif menunggu pembeli. Tadinya kalau udah begitu berapapun yang ia hasilkan seperti apa yang ia hasilkan datanglah pembeli, pembeli biasanya main antem aja, pokoknya maunya beli yang murah. Padahal di kita justru kita coba berdayakan petani untuk memahami yang diproduksi seharusnya seperti apa.
Jodi berharap, selain keberdayaan masyarakat tadi, keberdayaan produksi kopi itu sendiri harus memenuhi tiga kriteria, kontinuitas, kapasitas serta kualitas. Sehingga nantinya pembeli pun juga akan datang dan membeli kopi memang dengan harga yang sesuai.
Adapun tiga daerah pemberdayaan kopi yang dikembangkan oleh Dompet Dhuafa meliputi wilayah Gayo di Aceh Tengah, Kemloko di Temanggung, dan di Kahaya Sulawesi Selatan.
Reporter: Zakarija H
Editor: Dayat
0 comments:
Post a Comment