photo by woodturtle.wordpress.com |
Setiap bayi yang lahir adalah titipan Allah yang dibungkus
dengan indahnya anugerah Allah SWT. Tidak ada orang tua yang tidak mendambakan
seorang keturunan yang biasa disebut buah hati. Ketika Allah telah mempercayakan
titipan itu kepada kita (orang tua), ada sebuah tanggung jawab seketika yang
harus secara spontan kita sadari. Baik tanggung jawab personal sebagai seorang
bapak, tanggung jawab sebagai seorang ibu, maupun tanggung jawab bersama
sebagai orang tua. Terlebih dalam memberikan hak-hak seorang bayi untuk menyalurkan nutrisi dan menjaganya, serta memperhatikan pertumbuhan dan
kesehatannya, terutama asupan Air Susu Ibu (ASI).
Seorang ibu disebut dzolim ketika membiarkan bahkan sengaja
memberikan bayinya susu selain dari ASI. Hanya menuruti egoisme semata seorang
ibu rela membiarkan hak-hak bayinya tidak terpenuhi dengan sempurna. Bahkan
tidak sedikit seorang ibu menitipkan bayinya kepada baby sitter hanya karena
mengejar karir yang tidak akan pernah berujung. Padahal Islam sudah jelas di
dalam Al-Qur’an menerangkan bahwa seorang ibu wajib memberikan ASI kepada
anaknya dalam kurun waktu setidaknya 2 tahun semenjak bayi itu lahir. Allah
berfirman:
“Para ibu hendaklah
menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuannya…” (Q.S. Al-Baqarah: 233).
Dalam medis, proses alami bayi menyusu pertama kali sesaat
dilahirkan disebut dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD sendiri bermanfaat
bagi ibu karena menjadikannya tenang, rileks, dan mampu menahan rasa sakit
setelah melahirkan. Bahkan bagi bayi tersebut, proses IMD dapat meningkatkan
ketahanan tubuh dan menghindarkan kematian akibat kedinginan (hipotermia). Sedangkan manfaat untuk
ibu, ketika menyusu sentuhan dan hisapan bayi terhadap puting susu ibu dapat
merangsang pelepasan hormon oksitosin
yang berperan penting untuk kontraksi rahim ibu sehingga memudahkan dalam
pengeluaran plasenta (ari-ari) dan mengurangi resiko terjadinya pendarahan.
ASI berperan banyak dalam memberikan nutrisi yang bayi
butuhkan untuk perkembangan yang sehat dan memberikan antibody terhadap
penyakit. Bahkan menurut beberapa
penelitian, selain faktor genetik, kecerdasan anak dapat dirangsang dengan
pemberian ASI eksklusif pada anak secara baik. Namun, kurangnya pengetahuan dan
alasan yang dibuat-buat membuat seorang ibu rela menggantinya dengan susu
formula biasa. Selain itu, proses menyusui merupakan sarana untuk menjalin
kedekatan emosional antara seorang ibu dengan bayinya, baik secara lahir maupun
batin.
Itulah mengapa ASI mempunyai porsi besar terhadap bayi
ketika masa pertumbuhan. Hanya saja masih ada orang tua yang memilih menjadi
buta dan tuli terhadap realita hidup dan perintah Allah SWT ini. Lebih sering
menuntut hak pribadi sedang kewajiban dan hak orang lain tidak dipenuhi dengan
semestinya. Mementingkan nafsu dunia dan mudah tertipu fatamorgana kehidupan
yang selalu saja menggoda. Padahal, anak merupakan generasi penerus orang tua
ketika anak itu tumbuh dewasa kelak. Anak pun bisa jadi menjadi lading pahala
bagi orang tuanya, bisa pula menjadi pundi-pundi dosa orang tuanya.
Maka, sudah sepatutnya bagi seorang ibu (orang tua) dalam
menjaga titipan Allah tidak diberlakukan sebagaimana mestinya. Kelak bukan
hanya sebuah pertanggung jawaban yang harus kita hadapi, tapi apa yang harus
kita gantikan jika titipan itu dikembalikan tidak sebagaimana mestinya
(fitrahnya). Allahu a’lam bishhowab. (AM).
0 comments:
Post a Comment