photo by muslimmatters.org |
Keluarga memiliki porsi terbesar dalam mendidik dan
menentukan karakter seorang anak. Karena keluarga mempunyai berbagai macam unsur
yang dapat mempengaruhi gaya hidup dan cara pandang seseorang. karena faktor lingkungan
inilah karakter seseorang dapat terbentuk mengenai pandangannya di masa yang akan datang.
Terutama ketika anak di rumah banyak menghabiskan waktu bersama orang tua atau sebaliknya, orang tua sama sekali tidak memiliki waktu untuk menemani anaknya.
Melihat kondisi saat ini, fakta di lapangan menunjukkan bahwa keluarga
masih cenderung menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah. Orang tua
menganggap sudah selesai tugasnya bila anak-anak diserahkan pada sekolah.
Padahal dunia sejarah memberikan penjelasan secara visual tentang pendidikan
anak yang dilakukan oleh para Nabi terdahulu. Bagaimana nabi Ibrahim menjaga
anaknya yang bernama Isma’il dalam menentukan cara pandang dan sikap dalam
bersosialisasi, khususnya hubungan manusia kepada Allah SWT. Oleh sebab itu
tidak heran jika ketika Ibrahim mengungkapkan bahwa ia diperintah Allah untuk
menyembelihnya, Isma’il bersikap dengan cara pandang yang jauh dari usia remaja
sekarang.
Maka terjadi hasil di luar dugaan ketika Isma’il dengan
dewasanya menyikapi sebuah perintah yang secara nalar adalah sesuatu yang harus
ditolak. Begitulah efek yang tampak ketika karakter sejak dini orang tua mampu
memaksimalkan dengan membuat lingkungan dan kondisi keluarga yang islami.
Ketika orang tua berteriak melarang anaknya untuk berteriak, maka terjadi
ketimpangan dalam pembentukan karakter anak. Bukan hanya sebagai pembimbing
sekaligus pembentuk karakter, orang tua juga dituntut untuk menjadi teladan dan
contoh dalam bersikap terhadap anak-anaknya.
Anak sendiri memiliki daya rangsang ingatan yang lebih kuat
dari orang dewasa. Maka tidak salah jika pendidikan dini sangat berpengaruh
besar dalam menentukan peran seorang anak untuk masa depannya. Kebanyakan orang
tua selalu memandang dunia parenting bukanlah pendidikan yang harus dipelajari.
Padahal keluarga adalah pendidikan pertama yang didapatkan oleh seorang anak
sebelum anak tersebut terjun ke dunia kemasyarakatan.
Masih banyak kita dapati seorang ibu yang menutup mata tentang
kejadian istri Imron ketika dia bernadzar kepada Allah SWT. Saat itu anaknya masih dalam
kandungan. Beliau bernadzar agar kelak anaknya akan dipersembahkan untuk
mengabdi sepenuhnya kepada Allah dan menjaga rumah Allah, sebagaimana yang tertulis dalam surat
Ali-Imron ayat 35:
“Ingatlah ketika istri Imran berkata: ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang ada dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya engkaulah yang Maha Mengetahui.” (Q.S. Ali-imran: 35)
Kita melihat ada misi jangka panjang yang ditanamkan oleh
seorang istri Imran. Bagaimana beliau berjanji setia kepada Allah untuk
menyerahkan sepenuhnya titipan berupa seorang anak untuk mengabdi dan berjuang demi agama
Allah. Maka bukan hanya sekedar keinginan memiliki keturunan, tetapi bagaimana
orang tua juga sadar untuk membentuk karakter anak-anaknya agar tidak sekedar menjadi
titipan kosong tanpa manfaat, bahkan bisa jadi kelak titipan itu dikembalikan
tidak sebagaimana mestinya.
Maka, orang tua bukanlah sekedar menjaga dan
merawat anak-anaknya agar menjadi sosok yang tumbuh sehat secara lahir dan
fisik. Tetapi harus ada program panjang sehingga anak-anaknya kelak menjadi
generasi yang tangguh dan terjaga baik secara lahir dan batinnya. Allahu a’lam. (AM).
0 comments:
Post a Comment