photo by pexels.com |
“Manfaatkan masa mudamu sebelum datang
masa tuamu, manfaatkan masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, manfaatkan
masa senggangmu sebelum datang waktu sempitmu, manfaatkan masa sehatmu sebelum
datang masa sakitmu, dan manfaatkan hidupmu sebelum datang kematianmu,” (H.R.
Bukhrori – Muslim).
Di manapun kita berada, kapan pun kita
hidup, kesehatan merupakan sesuatu yang sangat mahal. Nikmat sehat adalah
nikmat yang hanya bisa kita rasakan ketika sakit itu datang menguji kita.
Berapa banyak dari manusia yang lalai bersyukur ketika berada dalam kondisi
sehat, lalu kemudian sadar bahwa dirinya kufur nikmat ketika sakit datang
menerpanya. Padahal seharusnya ketika dilanda sakit, kesabaranlah yang mestinya
mengisi semua bagian dari sikap-sikap kita.
Maka selayaknya Rasulullah Shalallahu
Alaihi wa Sallam mengatakan bahwa dua nikmat yang sering dilalaikan manusia
salah satunya adalah nikmat sehat. Bagaimana tidak? Ketika sehat, manusia lebih
memilih dunia yang selalu dikejarnya lalu begitu mudahnya melupakan
persiapan untuk kehidupan akhirat. Kita mudah melupakan hak-hak yang seharusnya
wajib di penuhi tertutama untuk memenuhi kebutuhan tubuh, yang sejatinya
menjadi penopang kesehatan kita.
“Ada dua kenikmatan yang kebanyakan
manusia merugi (terhalang dari mendapat kebaikan dan pahala) di dalamnya, yaitu
kesehatan dan waktu luang.” (H.R. Bukhori).
Ada beberapa point yang dapat kita petik
hikmahnya dari hadits di atas:
Pertama, sudah sepantasnya kita merasa
diri sebagai manusia yang rentan dengan kufur akan nikmat yang telah Allah
berikan. Kesehatan dan waktu luang adalah nikmat yang harus kita manfaatkan
agar senantiasa dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ibadah
semaksimal mungkin. Karena dengan kesehatan dan waktu luang itulah kita akan
bebas dan lepas dalam menjalankan kegiatan apapun. Maka, selayaknya kita
memberikan porsi lebih terhadap ibadah kepada Allah.
Kedua, dunia adalah ladang bagi manusia
untuk mengumpulkan modal dalam menghadapi akhirat. Sebab itu Rasulullah
mewanti-wanti umatnya untuk menjaga sifat lalai yang dimiliki manusia ini.
Karena ketika dua hal ini disinergikan, maka akan memberikan potensi besar
untuk kita menjadi abdan syakuuran (hamba yang bersyukur).
Dr. Musthafa As-Siba’i pernah mengatakan,
“berziarahlah ke rumah sakit sebulan sekali supaya engkau tahu karunia sehat
yang Allah berikan kepadamu.” Dengan melihat orang-orang yang Allah uji dengan
rasa sakit, tentu akan muncul rasa syukur sehingga kita akan berupaya
memanfaatkan sehat yang kita miliki dengan sebaik-baiknya.
Selain itu, kita juga harus memiliki
kesadaran dalam menjaga kesehatan. Setidaknya ada upaya untuk memeriksakan
kesehatan kita sebulan sekali, atau dengan mengkonsumsi makanan yang halal,
layak dan sehat. Terutama masalah kehalalan makanan dan minuman
sehari-hari untuk memenuhi asupan gizi terhadap tubuh, sebab hal tersebut
sangatlah mempengaruhi. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam semasa
hidupnya tidak pernah merasakan sakit kecuali beberapa hari sebelum beliau
meninggal. Hal ini dimungkinkan karena beliau senantiasa menjaga makanan dan
minuman yang setiap hari beliau konsumsi.
Dengan menjaga kehalalan apa yang
dikonsumsinya maka Rasulullah menjadi hamba yang paling bersyukur. Karena
dengan bersyukur itulah hati beliau selalu bersih dari segala bentuk
sifat-sifat yang dapat mengotori hati itu sendiri. Allahu a’lam bisshowab.
(Ali Muhtadin).
0 comments:
Post a Comment